Catloevrs.id – Bagi catlovers yang memiliki sahabat berbulu di rumah, tahukah kamu, jika kucing kesayanganmu di rumah juga memiliki kemampuan yang tak pernah kita duga sebelumnya. Bahkan, kucing dinilai memiliki kemampuan dapat menyembuhkan dirinya sendiri ketika sedang sakit. Tak hanya itu, kucing dipercaya dapat memengaruhi kesehatan manusia. Benarkah demikian?
Kemampuan menyembuhkan diri sendiri pada kucing
Dengkuran kucing merupakan sebuah hal yang sangat misterius. Karena hingga saat ini, para ahli belum benar-benar memahami bagaimana cara kerja dengkuran kucing tersebut. Namun, yang lebih luar biasa lagi adalah efek yang ditimbulkan oleh dengkuran ini, yaitu membantu menyembuhkan keadaan fisik dan mental dari makhluk berbulu tersebut.
Bagi kucing, mendengkur merupakan mekanisme alami untuk menjaga kesehatannya. Sebab, dengkuran ini akan menciptakan resonansi dengan jaringan-jaringan tubuh kucing, yang kemudian dapat membantu si kucing menyembuhkan luka dan tulangnya, serta membentuk otot atau tendonnya, dengan lebih cepat dan baik.
Dengkuran juga berpengaruh ke manusia lho
Penelitian yang dilakukan oleh para ahli menemukan sebuah temuan yang lebih luar biasa lagi, yaitu ternyata dengkuran ini juga dapat memberi dampak positif kepada manusia.
Dengkuran kucing memiliki frekuensi antara 20—40 Hz, yang oleh kalangan medis dan terapis, dikenal dengan theurapic frequency. Sesuai dengan namanya, frekuensi yang dimiliki oleh dengkuran kucing ini juga memberi berbagai efek terapis kepada manusia, yang dapat membantu kita melawan berbagai penyakit atau masalah yang menyerang.
Tahukah kamu, jika bukan hanya masalah tulang dan luka pada kucing yang dapat “diperbaiki” oleh dengkuran kucing, melainkan juga masalah tulang dan luka pada manusia. Begitu pula dalam hal membentuk tendon dan otot.
Frekuensi ini juga dikenal memberi efek terapis yang dapat menormalkan tekanan darah kita. Efek terapis dari dengkuran kucing juga dapat menjaga kesehatan jantung kita. Sebuah studi bahkan menunjukkan bahwa pemelihara kucing memiliki risiko terkena masalah jantung yang lebih rendah, hingga 30—40%. (ast)