catlovers.id — Kucing peliharaan yang tampak pasif, lemah, dan enggan bermain tentu mengkhawatirkan kita sebagai pemiliknya. Alih-alih sebagai penghilang penat, kucing yang pendiam justru hanya menambah beban pikiran. Lalu, benarkah kucing juga dapat mengalami stres layaknya manusia?
STRES PADA KUCING tengah menjadi topik hangat di kalangan para pecinta kucing. Tingkah laku yang tak wajar mengindikasikan adanya depresi pada hewan peliharaan bermata berlian tersebut. Namun, tingkah aneh pada kucing tidak selamanya berarti stres. Ada beberapa tanda khusus ketika hewan berbulu lembut itu mengalami stres.
Jika kucing peliharaan gemar mencakar, itu bukan berarti dia mengalami stres. Kucing yang aktif mencakar justru kucing yang sehat. “Saya berpikir bahwa mencakar merupakan perilaku kucing yang alami. Jika Anda ingin kucing tanpa cakar, apakah Anda yakin benar-benar menginginkan kucing, ataukah Anda hanya menginginkan membelai sesuatu yang berbulu?” ujar John Bradshaw, direktur Anthrozoology Institute di University of Bristol, Inggris dan penulis buku Cat Sense, dikutip dari National Geographic.
Pun demikian dengan kucing yang terkesan garang. Kucing yang mengeong keras dan melawan ketika ada suatu hal baru mendekat justru dianggap sehat. Hal tersebut disampaikan Lydia Rehnberg dari La Trobe University di Melbourne, Australia. Menurutnya, kucing yang tampaknya menakutkan justru memiliki kadar stres yang rendah.
“Banyak orang yang berpikir secara intuitif bahwa kucing-kucing yang protes dengan keras lebih mengalami stres dan kucing yang diam meringkuk di pojokan itu baik-baik saja. Padahal, itu kebalikannya,” kata Rehnberg, dilansir dari BBC Earth.
Kenali Tanda Dan Gejalanya
Katia Andreassi dalam artikel “Memahami Stres yang Dialami Kucing” memaparkan, stres pada kucing pada umumnya sulit dideteksi. Pasalnya, kucing merupakan jenis hewan yang tak demonstratif dalam menyampaikan isi hati. Namun, dari sifat kucing itu pula dapat dilihat apakah kucing mengalami stres atau tidak.
“Mereka cenderung menyembunyikan perasaannya ketika mereka merasa tidak bahagia. Oleh karena itu, kucing sering menghabiskan waktu untuk bersembunyi di bawah mebel atau lemari atau sebaliknya naik sangat tinggi di dalam ruangan (atap), ataupun di atas lemari. Hal tersebut justru sering merupakan tanda dari stres yang dialaminya,” ujarnya, dilansir portal National Geographic Indonesia.
Hal senada disampaikan Rehnberg. Menurutnya, kucing yang stres memiliki pola kebiasaan tersendiri. Berdiam diri di tempat tertentu merupakan salah satunya. Kucing yang mengalami stres akan menghabiskan banyak waktu di sebuah tempat tersembunyi yang biasanya berlokasi di tempat tinggi. Kendati kucing tersebut tak dikurung dan dapat bergerak leluasa di tempat yang luas, kucing stres akan memilih mengeksklusifkan diri di tempat
tersebut.
“Seekor kucing yang memiliki kadar stres yang tinggi dapat melepaskan semua kebiasaan normalnya dan hanya meringkuk di satu tempat selama berjam-jam,” papar
Rehnberg.
Selain menyendiri, kucing yang stres juga mengalami gejala lain seperti agresif terhadap manusia atau hewan lain, nafsu makan menurun, dan buang air kecil sembarangan atau di luar litter box. Kucing stres dapat diketahui dari banyak tanda. Beberapa di antaranya yakni kucing mengalami diare, sembelit, dan masalah pencernaan; menggaruk dan grooming atau menjilati bulu secara berlebihan; mengeong lebih keras dari biasanya; serta menyukai
tidur bahkan dapat mencapai 20 jam sehari.