Catlovers.id – Tentu catlovers panik jika kitten yang baru lahir atau sudah berumur beberapa bulan mati mendadak. Dari tujuh ekor yang lahir, saat bulan ketiga, hanya dua ekor yang bertahan. Sedihnya lagi, ketujuh ekor kitten mati semuanya. Perlu diketahui, kitten atau anak-anak kucing yang baru lahir, pada usia 0—3 bulan, sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Jika tidak maksimal perawatannya, anak kucing di usia tersebut makin lemah dan cepat mati. Jadi, pengawasan dan perawatan terhadap bayi kucing menjadi suatu yang sangat penting. Oleh karena itu, catlovers perlu mengetahui apa saja penyebab kematian bayi kucing.
Kematian kitten dapat disebabkan oleh beberapa hal. Namun, secara global dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu faktor infeksi dan faktor non-infeksi. Nah, berikut ini penjelasan dari masing-masing faktor tersebut.
Faktor Infeksi
Kucing yang sakit atau bahkan meninggal sering disebabkan oleh infeksi. Salah satunya adalah infeksi virus. Kucing dewasa pun bisa meninggal jika sudah terinfeksi virus, apalagi kucing yang masih bayi. Dengan imunitas yang masih rendah, virus bisa dengan mudah menjalar ke tubuhnya. Virus yang paling sering menjangkiti kucing adalah virus Panleukopenia.
Kitten yang terkena virus ini akan mengalami kematian dalam waktu 24 jam setelah mengalami gejala klinis. Selain infeksi virus, kematian anak kucing juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri ini terkadang menginfeksi rongga mulut kucing, terutama gusi. Namun, tak kalah berbahayanya adalah infeksi karena parasit. Parasit tersebut bisa berbagai jenis, seperti jamur kulit, cacing, kutu, Toxoplasma Gondii, dan sebagainya.
Faktor Non-Infeksi
Selain faktor infeksi, kematian bayi kucing juga bisa disebabkan faktor non-infeksi. Temperatur lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin pun dapat menjadi faktor terhadap kondisi si kucing. Di awal masa kelahiran, terutama di minggu pertama, bayi kucing belum dapat mengontrol suhu tubuhnya, sedangkan induknya tidak mau mengurus kitten. Hal tersebut disebabkan oleh induk tersebut belum berpengalaman mengasuh bayi, stres, atau sakit. Kelahiran sebelum waktunya (prematur) dan kelahiran dengan berat badan bayi rendah (kekecilan). Trauma atau kesulitan waktu lahir. Lingkungan yang beracun. Dehidrasi (muntah dan mencret karena kesalahan susu). NeonatalIsoerythrolysis (golongan darah yang tidak cocok). Jumlah anak yang terlalu banyak (puting susu tidak mencukupi). Ketidakmampuan anak terkecil bersaing dengan saudaranya untuk mendapatkan susu. Kekurangan nutrisi induk pada saat kehamilan dan setelah melahirkan.
Yuk, dicegah sejak awal
Tanda-tanda kitten yang menderita suatu penyakit antara lain kitten tidur menjauhi induk dan saudara-saudaranya, bayi kucing menangis berlebihan, bayi kucing tidak mau menyusu, bayi kucing lemah, kurus, muntah, mencret, dan lainnya. Jika catlovers melihat tanda-tanda tersebut, sebaiknya langsung waspada dan lebih baik segera bawa ke dokter hewan untuk mengetahui lebih lanjut permasalahan pada kitten.
Melihat kondisi seperti itu, tindakan yang harus dilakukan adalah pengobatan. Lakukan pengobatan as soon as possible (secepat mungkin) begitu catlovers mendapati si kitten menunjukkan salah satu atau lebih gejala penyakit yang disebutkan sebelumnya. Pengobatan di sini tak bisa sembarangan. Perlu ada penanganan seorang dokter hewan untuk mencegah kematian kitten yang mungil itu. Jika penyakitnya disebabkan infeksi bakteri, perawatan dengan obat dan antibiotik sangat manjur.
Sementara itu, jika disebabkan oleh parasit, jenis obatnya akan lain lagi. Segala upaya tersebut sangat umum dilakukan untuk menyelamatkan kitten. Namun, pengobatan dan perawatan pastilah tak selamanya berjaya. Terdapat sebuah upaya pencegahan terulangnya kematian kitten peliharaan catlovers. Upaya tersebut bernama necropsy. Tindakan pemeriksaan necropsy ditujukan untuk mengetahui penyebab kematian si bayi kucing dan memberikan saran efektif dalam perencanaan pengawinan si induk kucing.